Beberapa karya gua sempet tercecer ke mana-mana. Ada yang tertulis di HP, ada yang gw posting ke blog friendster, ada yang gua tulis di buku, dll. Jadi sekarang saatnya ngumpulin semua yang belum gw post ke sini. Enjoy!
4 Carik Tentang Chairil
/1/
Aku baru pulang dari Bekasi
Yang masih membawa tulang-tulang berserakan
Menengok terus ke arah jam dinding yang berdetak
/2/
Tapi tanpa pedang di tangan kanan
Tanpa peluru menembus dadaku
Bukankah aku hidup seribu tahun lagi?
/3/
Aku dengan kata-kata
Bukan nyiur yang melambai
Burung berkicau
Atau bambu bersiul
/4/
Aku dengan kata-kata
Mengepalkan tangan sebagai tanda
Tanpa kata tak arti hidup
Tanpa hidup tak arti hidup
Johanes Berchman Sigit Noviandi, 2004, didedikasikan kepada Chairil Anwar, sang lelaki bermata merah yang. Melalui ‘Aku’ nya, beliau mengajarkanku betapa luar biasanya menikmati keindahan puisi. Satu-satunya puisi yang kuikutsertakan di perlombaan, dengan hasil Juara 2 di Universitas Sanata Dharma.
Biru
biru melanda
tiada sua
tak berkata-kata
…
mendung
gerimis
lalu deras
…
mengapa kau selalu
menerpa debu
wahai kembang
kesinaranku?
Johanes Berchman Sigit Noviandi, 2006
Dongeng Tentang Pagi
mentari pagi
kicau pagi
hembusan pagi
antara jiwa-jiwa mati
dan nyawa bangun lagi
o, betapa megah sang pagi
o, betapa besar sang pencipta pagi
Johanes Berchman Sigit Noviandi, 2006
Pasar Malam
seorang anak kecil lelaki
dan sebuah pucuk malam
sebuah pasar dan keramaian
dan semarak orang berbincang
bintang-bintang
bulan-bulan
adakah sinarnya
menyepiku?
Johanes Berchman Sigit Noviandi, 21 Juli 2006
Sebuah Persimpangan
tibaku pada sebuah persimpangan
di sisi-sisi keramaian
yang terus saja berteriak-teriak menyerukan nama-nama bunga
haruskah kuterbang di awan
menyepi lalu sepi?
atau harus kubersauh lewat tangis
lalu tertawa seperti gila?
tibaku pada sebuah persimpangan
menjejak langkah dengan jalan yang tak pendek
tibaku pada sebuah persimpangan
menjelma aku
memudar aku
Johanes Berchman Sigit Noviandi, 2006,
terlahir dari kebimbangan saat harus memilih…
Rumah Bercat Putih
ujung jalan panjang
selesai kisah-kisah tak panjang
rumah bercat putih
tegak
berdiri
mimpi
. . .
aku selalu bermimpi tentang rumah bercat putih
lari anak sehari-hari
tawa istri dan suami menari-nari
betapa tak selesai pusara hidup
oleh rumah bercat putih
betapa ingin hidup
dalam rumah bercat putih
aku selalu ingat rumah bercat putih
lewat badai-badai yang datang
dan pergi lagi
yang datang dan lagi-lagi pergi!
aku selalu bermimpi tentang rumah bercat putih
tentang goresan dengan sang putri
tentang doa atas mimpi-mimpit
Johanes Berchman Sigit Noviandi, 27 Agustus 2006,
tentang masa lalu yang biar saja terkubur dalam memoar
Siluet Tentang Syukur
AKu mendaki puncak gunung tertinggi
dan melihat hamparan berlian tak kasat mata
Aku lari ke dalam laut
dan warna warni bias
Aku bisu di ramai malam
dan dewi senandung merdu
Kunyalakan lilin, tiada ada sanggup nyatakanMu
Johanes Berchman Sigit Noviandi, November 2007,
semoga layak melukiskan kebesaranNya
Bintang Pemberi Makan
Malam membias cahaya bintang-bintang ketika sebutir benih ara terbawa angin
dan sampai di atas tanah gersang
Dari atas keheningan aku minum dari hujan dan makan dari warna pelangi
yang membujur dari titik nol kembali ke tiga enam nol
Sebatang lemah bakal ara menunas dari bijinya yang terhempas angin,
menandai 20 detik yang terlewat dengan goresan-goresan tangan di atas tanah
Malam membias cahaya bintang-bintang ketika pohon ara mulai menjulang ke atas,
menantang dunia dengan kata-kata
Di titik ini Dia kirim bintang-bintang pemberi makan
Pemberi minum
Pemberi tanda kasih-Mu, bukan?
Wah, satu puisi satu post aja, panjaaaaaaang banget. :P capek
Puisinya bagus, berbakat…. keep on posting bro! Blogrolling yah! :)
menurutmu,, bintang itu apa?