So, here’s the highlight of our trip to Karimunjawa a couple of weeks back (video can be found at the end of the post).
Trip kali ini boleh dibilang out of the blue. Awalnya saya & @vickyrosaline memang berencana untuk retret pribadi di Rawaseneng dalam rangka persiapan menyambut Pekan Suci. Lalu dalam suatu rapat, iseng-iseng kami nyeletuk ke 2 OMK @aurelius_5 & @elzbthlaurell yang waktu itu kami tahu lagi agak free (baca: nganggur). Eh, mereka langsung mengiyakan untuk ikut.
Karena rombongannya jadi berempat, rencananya berubah menjadi melanjutkan retretnya dengan keliling singkat di sekitaran Jateng. Waktu itu malahan ada wacana ke Pulau Menjangan (Bali Barat). Tapi karena waktunya dananya tidak feasible, niat itu kita urungkan. Batin saya menyayangkan. Padahal saya sudah membayangkan akan mulau lagi, naik kapal lagi, duduk-duduk di pantai lagi, snorkeling lagi.
Menjelang hari-H, tetiba kok saya kepikiran satu tempat: Karimunjawa. Saya mulai mencari referensi trip ke sana, cari tahu rute, membandingkan opsi hotel dan paket tour di sana, dll. Saya sempat tanya ke @berrywardana (yang sudah pernah trip ke Karimunjawa) apakah worth it buat ke sana. Dia mengiyakan. His answer made me decide to finally add it to the list of destinations for the trip (thanks, man!).
Setelah 3H2M di Rawaseneng, kami menginap beberapa malam di kota lain dulu sebelum bertolak ke Jepara (I’ll post another story about our trip to these towns and cities). Kami menginap semalam di Ono Joglo Resort. It’s a beautiful hotel with Bali vibes, but was poorly maintained. Stafnya kurg hospitable dan kebersihan kurang dijaga. Tapi krn harganya sangat murah (IDR300K++/kamar) dan kami cuma perlu tempat untuk tidur smlm, we decided to stay there.
Esok paginya kami pesan Grab dari hotel ke pelabuhan Kartini (sekitar 30 menit dari hotel). Tdnya saya mau titip mobil di pelabuhan, karena ada penitipan inap di sana. Tapi setelah baca-baca reviewnya dan tanya resepsionis hotel apakah boleh titip mobil di hotel, saya batal nitip di pelabuhan. It was a great decision. Driver Grab juga bilang kalau lokasi penitipan itu benar-benar di pinggir laut. Artinya, mobil yang dititipkan terekspos ke angin laut, which could be quite corrosive (penitipannya terbuka/outdoor). Belum lagi juga ada resiko genangan air/rob.
Dari pelabuhan Kartini, kami naik ferry Express Bahari kelas eksekutif. Ada yang kelas VIP, tapi saya tidak tahu perbedaannya sejauh apa. Perjalanan dengan ferry memakan waktu kurang lebih 2,5 jam. Sebenarnya memungkinkan untuk bawa mobil ke Karimunjawa, yaitu dengan naik ferry Siginjai. Masalahnya, perjalanan dengan Siginjai memakan waktu kurang lebih 4 jam.
Trip kami di Karimunjawa dihandle sama Dunia Bintang Tour & Travel Karimunjawa. They had the best reviews on TripAdvisor when I was browsing for some tour options. We booked the private tour for 4 for quite a fair price, all inclusive. Mulai dari tiket ferry PP, tiket masuk tempat wisata, lunch & dinner, drone, dll. We were quite satisfied and happy with their services and hospitality the whole time we were there.
Di Karimunjawa, kami menginap di Java Paradise Hotel. Tadinya kami mengincar Legon Waru (which has amazing views of the ocean from the rooms), tp penuh. Untungnya tidak jadi menginap di situ, karena setelah menjalani tripnya, kami jadi tahu kalau ternyata kita tidak akan ada waktu untuk nikmatin hotelnya. Java Paradise was much cheaper and, again, served its function perfectly well as a place to have some rests 😄.
Hari pertama kami diajak makan siang, tur darat ke Pantai Bobby buat foto-foto, lalu ke Pantai Tanjung Gelam buat foto-foto lagi dan buat nikmatin sunset. Di Tanjung Gelam ada warung-warung makanan yang jualan gorengan, kelapa, dll, which were great for chilling while enjoying the sound of the waves sambil nunggu sunset. Dua pantai ini cantik banget, tapi juga ramai dengan orang. Jadi harus sedikit antre kalo mau foto di beberapa spot yang bagus. Untungnya antreannya enggak kaya antrean di USS atau Dufan 😆.
Hari kedua dihabiskan untuk island hopping. Kami diantar ke spot snorkeling, makan siang (ikan bakar & seafood!) dan foto2 di Pulau Geleang, snorkeling di spot nemo, dan lihat penangkaran ikan (hiu, kerapu, giant trevally/ikan kuwe 😄, starfish, dll).
Malam harinya kami nongkrong sebentar di Cap’n Chris. Kafe ini ada di sebelah Kawela (kafe yang katanya sempet viral). Tapi karena di Kawela tidak ada bir & “teman-temannya” (dan agak ramai juga), kami pilih untuk nongkrong di sebelahnya. Di area yang sama ada beberapa kafe lain dan homestay yang designnya bagus-bagus. Kebayang kalau lagi musim bule-bule datang, vibesnya mungkin mirip-mirip Petitenget atau Kuta Mandalika, only less crowded. Capek abis seharian aktivitas di laut, malemnya ngemil-ngemil, minum bir, ngobrol-ngobrol, sambil denger live music. What a night to end our trip there.
Hari ketiga, setelah checkout kami langsung diantar ke pelabuhan untuk kembali ke Jepara.
Buat saya pribadi, rasanya 3 hari 2 malam di sana terlalu singkat. Kalo bisa tour lautnya 2 atau 3 hari juga mau deh saya 😄.
To be honest, my expectation was pretty low. Berdasarkan pengalaman sebelum-sebelumnya, pantai di Pulau Jawa yang prnah saya & Vicky kunjungi belum ada yang sebagus Bali atau daerah lain di Indonesia Timur yang pernah kami datangi. I even asked the group to lower our expectation supaya enggak kecewa kalo ternyata pengalamannya nanti enggak bagus-bagus amat.
Turned out, I was very wrong.
White sands on the beach, bluish ocean, crystal clear water, colorful corals, and playful fish (including Nemo!). What else could I wish for?
Bener kata Berry: it was worth it.
Well, it damn was.
Leave a Reply